Pengertian Resensi
Resensi adalah tulisan yang
berisi penilaian suatu karya, seperti film, buku, drama, lagu, hingga karya
sastra dan seni lainnya, baik dari segi isi maupun unsur kebahasaannya.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), resensi artinya pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku atau disebut dengan ulasan buku.
Manfaat Resensi
Manfaat utama resensi, yaitu
memberi gambaran singkat kepada pembaca mengenai karya yang dibaca. Kalau
dilihat dari subjek penggunaannya, resensi memiliki empat manfaat.
Bagi penulis buku, resensi
dibutuhkan sebagai sarana mendapatkan feedback atau umpan balik agar ia dapat
membuat karya yang lebih berkualitas. Selain mendapatkan kemudahan dalam
mengevaluasi karyanya yang sudah terbit, resensi juga memudahkan penulis
mengetahui antusiasme dan tanggapan masyarakat terhadap buku yang dibuatnya.
Bagi penerbit, resensi dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk menindaklanjuti kerjasama dengan penulis atau
pengarang. Apakah mau lanjut atau cukup sampai di sini? Nah, salah satu cara
penerbit menilai karya penulis, yaitu dengan membaca resensi buku yang dibuat
oleh peresensi.
Setelah penulis dan penerbit,
media massa juga membutuhkan resensi dalam proses produksi buku. Hal ini karena
media massa berperan sebagai media untuk memperkenalkan buku kepada publik atau
yang biasa dikenal dengan promosi. Melalui resensi buku tentu saja membantu media massa untuk mengetahui
kualitas dari buku yang akan/sedang dipromosikan.
Bagi pembaca khusus, resensi
dapat dijadikan media dalam menguji atau mengembangkan suatu topik bagi para
penulis novel, cerpen, naskah, atau bahkan peneliti. Sementara itu,
bagi pembaca umum, resensi menjadi
sumber informasi untuk mengetahui kualitas sebuah buku atau karya.
Dengan mengetahui informasi tersebut, pembaca bisa mengetahui kelayakan karya
yang diresensi tersebut.
Langkah-Langkah Menyusun
Resensi
1. Mengenali latar belakang penulisan
buku
Hal pertama yang perlu dilakukan
adalah membaca bagian pengantar yang ditulis oleh penulis buku, penerbit, atau
seorang pakar yang terdapat di bagian awal buku.
Dengan begitu, penulis resensi
dapat memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai buku yang akan diresensi dari
kacamata penulis buku, penerbit atau pakar sehingga dapat membantu menyampaikan
pesan buku kepada pembaca dengan baik.
2. Membaca isi buku
Pada tahap ini kamu membaca isi
buku dari awal hingga akhir untuk mendapatkan intisari dari buku tersebut. Kamu
dapat membaca menggunakan teknik scanning atau membaca semua, bisa juga
menggunakan teknik membaca cepat atau skimming sehingga kamu tidak perlu
menghabiskan waktu untuk membacanya. Setelah
itu catat dan susun bagian penting yang akan disampaikan dalam resensi.
3. Membuat ringkasan
atau sinopsis buku
Membuat ringkasan dari bagian
penting yang sudah kamu susun tadi menjadi sebuah sinopsis. Susunan sinopsis
ini kemudian nantinya dikembangkan sehingga semua aspek buku diulas secara
detail namun tetap singkat. Nah, dengan
ini pembaca resensi dapat mengetahui gambaran cerita dari buku yang akan
dibacanya.
4. Melakukan penilaian buku
Cara melakukan penilaian buku
adalah dengan melihat keunggulan dan kelemahan buku. Bagian yang ditulis lebih
dulu merupakan keunggulan, kemudian diikuti oleh kelemahan buku.
5. Menulis sasaran pembaca
buku
Sasaran pembaca adalah
orang-orang yang menjadi sasaran dari tujuan dibuatnya buku yang ditulis. Hal
ini penting untuk menginformasikan kalangan yang cocok membaca buku dalam
sebuah resensi. Tujuannya untuk memperluas jangkauan si penulis agar karya yang
ditulis dapat memberikan pengaruh yang baik dan mudah diterima oleh pembaca
yang tepat.
6. Membuat kerangka resensi
Sebelum menulis resensi, penulis
dapat membuat kerangka resensi dengan menampilkan unsur-unsur pada struktur
resensi. Kerangka resensi perlu dibuat agar peresensi memiliki arahan dalam
menyelesaikan resensi.
Jenis-Jenis Resensi
Dalam mengulas karya sastra, kita
bisa mengambil beberapa sudut pandang. Bisa lebih mengkritisi, mengevaluasi,
atau hanya memberikan informasi secara umum aja. Nah, inilah yang membuat
resensi itu ada banyak macamnya. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis
resensi:
1. Resensi Deskriptif
Resensi deskriptif akan memberikan
penjelasan atau deskripsi mengenai karya yang sedang ditinjau. Bisa penjelasan
mengenai cover-nya, ukurannya, fitur-fiturnya, dan lain sebagainya. Jenis
resensi deskriptif tidak mencantumkan penilaian apapun terhadap karya yang
ditinjau.
2. Resensi Informatif
Resensi informatif akan
memberikan informasi secara rinci mengenai karya yang ditinjau, serta
memberikan evaluasi singkat. Tujuannya, agar pembaca dapat mengetahui gambaran
menyeluruh terhadap karya tersebut, meliputi kelebihan dan kekurangannya.
3. Resensi Evaluatif
Resensi evaluatif akan memberikan
evaluasi atau penilaian yang lebih mendalam mengenai karya yang ditinjau. Ciri
khas dari resensi evaluatif, penulis akan memberikan rating/skor/peringkat
dengan skala angka. Hal ini bertujuan untuk membantu pembaca melihat kualitas
dan nilai dari suatu karya.
4. Resensi Kritis
Terakhir ada resensi kritis.
Maksudnya, jenis resensi ini akan memberikan penilaian secara kritis terhadap
karya yang ditinjau. Resensi kritis cenderung mendorong pembaca untuk
mempertimbangkan kembali asumsi atau pandangan mereka terhadap karya tersebut.
Resensi kritis biasanya dibuat untuk menilai karya yang terkesan kontroversial.
Contoh Resensi
SEJARAH YANG HILANG DALAM LAUT
BERCERITA
Identitas Buku
Judul Buku : Laut
Bercerita
Penulis Buku :
Leila S. Chudori
Penerbit :
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 379
Harga Buku : Rp100.000
ISBN : 978-602-424-694-5
Pendahuluan
Dalam buku ini, Leila S. Chudori
mengundang kita untuk menyelami kasus penghilangan orang secara paksa. Buku ini
terdiri atas dua bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang seorang
mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan kawan-kawannya
menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap oleh
pasukan rahasia. Sedangkan bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut.
Bagian kedua mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana
pencarian mereka terhadap kerabat mereka yang tak pernah kembali. Berusaha
mencari secercah harapan tentang saudara; jika masih hidup, dia disekap dimana.
Pun jika sudah mati, dimana mereka menguburkannya. Juga tentang perasaan para
korban selamat, bagaimana terpenjara nya mereka atas kejadian tersebut.
Penulis fiksi historis tersebut
mampu membuat tema kelam dalam novel ini menyenangkan dibaca. Drama dan tragedi
yang kental dan bernada nostalgik memberi perasaan pilu dan melankolis bagi
pembaca. Pembawaan yang mengambil dua sudut pandang berbeda membuat kita dapat
berempati dan memahami posisi berbagai pihak yang terlibat dalam kasus-kasus
penghilangan orang secara paksa. Demi membentuk akurasi pendalaman emosi yang
baik bagi pembaca saat membaca buku ini, penulis sendiri mewawancara langsung
korban dan kerabat yang terlibat tragedi penculikan aktivis tahun 1998. Bahkan
buku ini ditulis sebagai bentuk tribute bagi para aktivis yang diculik, yang
kembali, dan yang tak kembali; dan keluarga yang terus menerus sampai sekarang
mencari jawab.
Isi cerita
“Matilah engkau mati. Kau akan
lahir berkali-kali…”
Begitulah dua larik puisi yang
menyambut kita di lembar pertama. Biru Laut Wibisono mulai bercerita kepada
kita bagaimana ia menemui kematian setelah tiga bulan disekap.
“Bapak, Ibu, Asmara, Anjani, dan
kawan-kawan… dengarkan ceritaku…”
Ia memulai kisah di tahun 1991
pada sebuah tempat bernama Seyegan, Yogyakarta. Seyegan tak lain merupakan
markas Wirasena (organisasi mahasiswa) untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
menurut pemerintah adalah sebuah aktivitas terlarang. Terkisahlah kehidupan
persahabatan antara Laut, Alex, Sunu, Daniel, Kinan, Julius, Dana, dan Gusti,
serta aktivis-aktivis lainnya. Pada bab Seyegan, Laut bercerita tentang
ketertarikan untuk meruntuhkan ketidakadilan yang dilakukan rezim pemerintahan
saat itu. Terkadang ia berkisah bagaimana indahnya keluarga dan rindunya pada
Asmara (adik semata wayang) dan Anjani (kekasih) tiba-tiba hadir bersama aroma
tengkleng buatan Ibu dalam imajinasinya.
Peristiwa Blangguan, demi membela
petani-petani jagung yang lahannya akan dirampas pemerintah, menjebloskan Laut
ke dalam penjara. Ia dipukuli habis-habisan, diinjak dengan sesuatu bergerigi,
dan disetrum. Setelah mereka tak mendapat jawaban, Laut dan kawan-kawannya
dibuang begitu saja di Bungurasih.
“Di kampus kita hanya belajar disiplin
berpikir, tetapi pengalaman yang memberi daya dalam hidup adalah di lapangan.”
–Bram
Seringnya aktivitas-aktivitas
mereka bocor kepada intel, seperti peristiwa Blangguan, demo di Surabaya,
aktivitas di Klender dan acara seminar untuk membahas unjuk rasa yang gagal,
membuat Laut dan kawan-kawannya mencurigai Naratama sebagai agen ganda. Hingga
pada sepertiga ujung cerita, terkuaklah siapa sebenarnya agen ganda tersebut.
Laut pun bercerita bagaimana sakitnya ia dikhianati dari orang yang tak pernah
terduga sebelumnya.
“Kita harus belajar kecewa bahwa
orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita
tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan
persahabatan.” –Bram
Bulan Maret 1998 giliran mereka
(para aktivis Wirasena) diculik, disiksa, dan diinterogasi dengan tidak
manusiawi. Laut, Sunu, Kinan, Bram, Sang Penyair, dan beberapa kawan hilang
tanpa jejak setelah disekap. Merek, yaitu Alex, Daniel, Naratama, Coki, Hamdan,
dan lima orang lainnya dikembalikan masih dalam keadaan hidup. Hingga saat
rezim itu runtuh di Mei 1998, mereka mulai mampu bersuara atas kekejaman yang
mereka terima.
“Setiap langkahmu, langkah kita,
apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi,
Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi,
tapi apapun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah.
Sebuah baris dari puisimu, sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu.” –Kinan
Cerita kemudian berlanjut dari
sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut dan kekasih Alex. Sebagai
keluarga yang ditinggalkan sang kakak secara misterius, mereka sangat
kehilangan. Kisah Asmara pun dimulai tahun 2000-an. Bersama keluarga
aktivis-aktivis lainnya, Asmara bergabung dengan Aswin dan mencoba mencari
keadilan pada pemerintah yang dirasa lebih peduli. Duka kehilangan membuat
banyak keluarga hidup dalam penyangkalan. Mereka hidup dalam imajinasi dimana
keluarga mereka yang hilang masih tetap ada dalam keseharian. Ayah mereka masih
tetap menyiapkan empat piring dalam ritual makan malam bersama di hari Minggu.
Memutar lagu yang menandai kehadiran Laut, membersihkan buku-buku dan kamar
milik Laut, seolah-olah Laut akan datang secara tiba-tiba kelak.
Keunggulan Buku
Sebagai orang awam yang hanya
mempelajari HAM lewat buku cetak PPKn di sekolah, dari buku inilah mendapat
perspektif baru. Bagaimana banyaknya orang yang hilang itu bukan sekedar angka,
tetapi pembuktian bahwa kasus mereka belum tuntas. Setiap kata yang tertulis di
surat demi surat membuat para pembaca dapat merasakan emosi dari si pengirim
surat. Bahasa yang digunakan di novel ini mudah dipahami dalam mengulas sejarah
Indonesia yang tidak tercatat di buku sekolah.
Kekurangan Buku
Isi novel ini masih memiliki
ejaan yang salah seperti “menganalisa” yang seharusnya “menganalisis”, kata
“praktek” yang seharusnya “praktik”. Juga ada beberapa kata yang salah ketik.
Serta penggunaan bahasa Jawa dalam dialog yang kurang dimengerti beberapa
pembaca luar Jawa.
Penutup
Menurut saya, ketika membaca
novel ini ada perasaan kalut dan sedih bercampur marah. Tokoh-tokohnya memang
fiktif, tetapi ada hal yang menginspirasi terciptanya buku ini. Reformasi 1998
itu nyata, penculikan aktivis itu benar-benar terjadi, dan peristiwa 1965 itu
masih menghantui. Membaca novel “Laut Bercerita” terasa seperti sedang membaca
sejarah yang hilang. Yang diceritakan dari sisi lain, sisi yang kelam.
Novel ini cocok dibaca bagi para
mahasiswa, organisasi-organisasi kampus, para politikus, atau para orang-orang
yang bercerita tentang kebebasan. Pembaca akan terus terseret dalam permainan
emosi karakter-karakternya hingga akhir cerita. Kisah dalam buku ini merupakan
sepenggal dari kisah kita bersama, menjadi bagian yang tak pernah terjelaskan
dan tak akan terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda mengisi komentar jika mendapat manfaat dari uraian di atas. Hindari SARA dan junjung tinggi etika kesopanan... No SPAM...!!! Terima kasih...